“The only thing that ever really frightened me during the war was the U-boat peril’, ujar Winston Churchill. Pendapat ini tak berlebihan meluncur dari mulut perdana menteri Inggris selama PD II. Antara tahun 1939-1945 sekitar 2.000 kapal barang Sekutu teronggok di dasar samudera akibat serangan armada U-boat Nazi Jerman.
Unterseeboot atau disingkat U-boat dan bila dijabarkan berarti kapal selam Inilah salah satu senjata milik Nazi Jerman yang paling ditakuti Sekutu, bahkan sebelum PD II pecah. U-boat masuk dalam golongan senjata yang diawasi pembuatannya oleh negara-negara pemenang PD I. Namun bukan Jerman kalau hanya menyerah begitu saja. Lewat program-program rahasia, kemampuan teknologi U-boat tetap terpelihara.
Memang sampai Jerman mendeklarasikan perang kepada Sekutu (Inggris dan Perancis), bisa dibilang dari jumlah U-boat yang digelar AL Nazi Jerman atau Kriegsmarine masih tergolong kurang. Sebagai gambarannya, ketika perang pecah September 1939, panglima tertinggi armada kapal selam, Admiral Karl Donitz hanya memiliki kurang lebih 50-an unit kapal selam operasional. Dan jumlah itu, sekitar separuhnya merupakan U-boat latih yang notabene hanya mampu beroperasi di kawasan pantai saja (coastal submarine).

Konvoi kapal pengangkut pasukan (troopship) melintasi Samudera Atlantik, 1942. Kapal seperti ini merupakan target utama bagi U-boat

Pelontaran born dalam dad kapal AL Inggris, HMS Starling. Born dalam merupakan ancaman bagi U-boat

Kesalahan tak sepenuhnya ada pada Kriegsmarine. Program pembangunan kekuatan bawah permukaan Nazi dilakukan sesuai dengan “buku putih” rencana pengembangan armada yang diasumsikan konflik bersenjata berskala besar talc akan muncul sampai pertengahan tahun 1940. Pemimpin tertinggi Nazi, Adolf Hitler, memang kelewat cepat menabuh genderang perang.
Beruntung, kendala pada soal jumlah bisa diatasi dengan cepat berkat kedigdayaan industri militer dan industri baja negeri itu. Galangan kapal di seluruh Jerman juga dilibatkan secara total Alhasil dalam waktu tidak lama Donitz mampu membentuk lebih dari selusin satuan armada U-boat atau U-boat Flotilla untuk mengisi kebutuhan operasinya, memblokade pasokan logistik Inggris serta Rusia dari Amerika Utara di Samudera Atlantik dan Antartika . Bukan cuma ditempatkan di Jerman, armada kapal selam ini juga ditempatkan di negara yang telah dikuasai Nazi Jerman dalam bentuk bunker-bunker kapal selam seperti di St. Nazaire, Perancis.
Proses ekspansi didukung pula oleh pembagian klasifikasi U-boat yang diproduksi. Kapal selam yang beroperasi di kawasan pantai macam Type II dan diteruskan ke generasi Type XXIII tetap dipertahankan Diluar itu ada Type VII sebagai U-boat berkemampuan operasi lepas pantai (ocean going) jarak menengah. Selanjutnya masih ada lagi Type IX, X, dan XIV yang difungsikan sebagai unsur tempur jarak jauh bawah permukaan. Beberapa U-boat seperti Type XIV misalnya, dibuat khusus untuk menyuplai logistik U-boat lain di tengah laut sehingga mampu mendongkrak endurance U-Boat yang sedang melaksanakan misinya.
Senjata ajaib
Cerita kesuksesan U-boat membantai ratusan kapal barang pengangkut logistik berjalan sampai pertengahan tahun 1942. Tambahan armada U-boat membuat Donitz berani memasang kekuatannya langsung ke garis paling depan yaitu kawasan perairan dan pantai Amerika Utara, bahkan juga Afrika. Lautan di Karibia pun tak lepas dari cengkeraman Donitz.



Sebuah U-625 sedang menerima serangan dari pesawat antikapal selam Sunderland milik Kanada


Posisi ini tetap dipertahankan sampai fase-fase akhir PD II. Bahkan lebih jauh lagi lewat sebuah pidatonya, pada awal tahun 1945, Menteri Persenjataan (Armaments Minister) Nazi, Albert Speer pernah berjanji, dalam waktu tak lama lagi akan membumihanguskan New York dengan menggunakan peluru kendali V1 dan V2 yang dibawa oleh U-boat. Ucapan tadi bukan cuma sekadar mimpi di siang bolong menjelang kejatuhan Hitler.
Donitz, diam-diam juga mendukung ide ini dengan memberi lampu hijau pada program superrahasia berlabel Prufstand XL Program ini merupakan proyek pengembangan kontainer kedap air berbobot 500 ton lengkap dengan perangkat erector. Secara teknis, kontainer yang ditarik oleh U-boat ini sengaja diracik agar bisa menampung, membawa dan meluncurkan peluru kendali V1 dan V2. Sebagai langkah awal, tiga U-boat jarak jauh disiapkan untuk menarik kontainer menuju wilayah perairan Amerika Utara.
Bicara tentang senjata-senjata ajaib (wunderwaffe) U-boat tak sebatas kontainer pengangkut rudal saja. Walau tak tergolong sebagai senjata pamungkas, namun bisa dibilang merupakan sebuah terobosan. Salah satu contohnya adalah torpedo Zaunkonig (TVb). Memakai basis torpedo G7e, senjata ini menghantam targetnya berbekal penciuman akustik yang dihasilkan putaran propeller kapal.
Kecenderungan meledak lebih dini membuat Nazi Jerman harus menyempurnakannya dengan menghadirkan generasi penerus yaitu Zaunkonig II (TXI). Guna meminimalisir gejala ledakan dini pada generasi kedua perangkat detektor akustik lebih dipercanggih dengan kemampuan untuk membedakan antara putaran propeller kapal barang dan kapal perang.
Beruntung bagi Sekutu, program-program wunderwaffe ini tak jelas juntrungannya atau tak terlalu sempurna untuk digunakan Sekutu pada akhirnya mampu mematahkan kedigdayaan armada U-boat. Bocornya kode rahasia Enigma, pengaplikasian teknologi seperti radar dan perangkat HF/DF (HUFF-DUFF), pelibatan unsur udara antikapal selam, sampai penerapan taktik perlindungan dari empat sampai enam kapal perang spesialis antikapal selam dalam sebuah konvoi berhasil mematahkan dominasi U-boat di Atlantik.
Selama PD II tercatat Kriegsmarine memiliki lebih dari 1.100 unit U-boat. Dari jumlah itu, sekitar 458 unit tenggelam dalam pertempuran di Samudera Atlantik. Korban di pihak Sekutu akibat serangan U-boat di seluruh penjuru dunia mencapai lebih dari sepuluh juta.

from:http://sejarahperang.com





This entry was posted by Unknown. Bookmark the permalink.

Leave a Reply